25 September 2024
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan ekonominya adalah tercepat di dunia. Indonesia juga diprediksi akan memiliki potensi besar dan bahkan dapat menduduki peringkat ke 4 dunia dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi di tahun 2030. Hal ini merupakan prediksi dari proyeksi konsultan internasional dunia.
Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi ini, maka dibutuhkan perkembangan cakupan energi dari tahun ke tahun. Pemerintah Indonesia berdasarkan Perpres nomor 22 tahun 2017 Tentang Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) telah menetapkan kerangka nasional dimana bauran energi dari sektor migas mengalami persentase menurun dari 50% di tahun 2020 menjadi 44% di tahun 2050.
Peran Energi Baru Terbarukan (EBT) dan Migas
Indonesia sendiri akan meningkatkan peran energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi karena telah mendukung dan menandatangani Paris Agreement. Proses transisi menuju energi baru terbarukan atau ramah lingkungan pun persentase setiap tahunnya semakin meningkat signifikan. Hal itu terlihat dari jumlah pasokan energi yang meningkat tajam setiap tahunnya. Berbanding terbalik dengan melorotnya persentase di sektor minyak bumi dan gas (Migas).
Namun walau persentase porsi pasokan energi baru terbarukan (EBT) semakin meningkat, justru nominal kebutuhan minyak bumi dan gas (Migas) mengalami kenaikan volume. Hal itu terlihat dari konsumsi gas saat ini sekitar 6000 mm kubik per hari dan di tahun 2050 akan meningkat menjadi 248%.
Migas juga digunakan untuk memenuhi pembangunan sektor industri di indonesia dan salah satunya adalah industri kimia, karena tanpa energi dan bahan baku yang cukup maka tentu pembangunan industri akan mengalami kesulitan dan indonesia juga akan sulit untuk menjadi negara maju.
Industri Migas Harus Bangkit
Namun upaya pemenuhan tersebut juga merupakan tantangan yang harus dilalui terutama sektor migas terutama banyak hal yang dapat mempengaruhi sektor migas untuk menjadi bangkit dan lebih kuat. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi migas harus bangkit yakni diantaranya adalah ketertarikan investor dalam berinvestasi di sisi hulu migas, neraca perdagangan migas yang tidak kondusif yang menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagai upaya peningkatan hulu migas telah dicanangkan visi 1 Juta Barel Oil per hari dan 12 BSCFD di tahun 2030. Visi ini tentu sangat penting yang juga dibutuhkan sinergi dan kolaborasi dari semua pihak terutama lapisan masyarakat.
Upaya 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di tahun 2030
Upaya 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di tahun 2030 ini didasari karena adanya banyak potensi industri migas yakni banyaknya cekungan migas dengan total 128 cekungan, dimana 20 cekungan telah diproduksi, kemudian terdapat 27 cekungan yang sudah ditemukan namun masih belum di produksi karena terkait faktor keekonomian, lalu ada 60 cekungan yang belum dibuktikan keberadaannya.
Untuk mengolah berbagai potensi besar cekungan migas tersebut tentu membutuhkan intensitas yang besar, teknologi tinggi, resiko tinggi, persaingan antar negara yang semakin meningkat.
SKK Migas Menyusun Renstra atau Program iOG 4.0
SKK Migas telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) yakni dengan sebutan iOG 4.0 pada juni 2020 lalu dengan 3 target utama yaitu:
- Produksi 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di 2030
- Mengoptimalkan wilayah tambak dan kegiatan hulu migas
- Memastikan keberlanjutan lingkungan
Jika dilihat program iOG 4.0 diatas, ternyata bukan hanya fokus untuk memproduksi migas saja namun bagaimana industri hulu migas ini juga dapat menjadi motor penggerak sekaligus dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat indonesia. Selain itu dapat memastikan keberlanjutan lingkungan.
Program Renstra atau iOG 4.0 juga terdiri dari 10 Pilar sebagai kerangka kerja strategis, kemudian memiliki 22 program kunci untuk menjalankan program, mempunyai 80 lebih target untuk memonitor perkembangan dan juga mempunyai 200 lebih rencana aksi untuk menjalankan program.
Target Program Renstra iOG 4.0 SKK Migas
Untuk mencapai target produksi dalam Renstra iOG 4.0 memprioritaskan 4 pilar utama yakni diantaranya adalah:
- Mengoptimalkan produksi lapangan eksisting
- Percepatan dari result menjadi produksi
- Percepatan pelaksanaan EOR
- Eksplorasi untuk penemuan besar
Dari semua program tersebut dan dalam mencapai target, tentu dibutuhkan kerjasama dan kolaborasi seperti pada pemangku kepentingan (stakeholder) untuk meningkatkan investasi dalam menciptakan daya tarik kepada industri hulu migas.
SKK Migas telah me launching mengenai proses perizinan yang dipercepat dari 4 hari kerja menjadi dibawah 3 hari kerja dimana telah berkoordinasi dengan kementrian dan instansi terkait.
Untuk mencapai 1 Juta BOPD & 12 BSCFD, industri hulu migas dapat menarik investasi dengan total investasi 187 Billion US Dollar. Dengan proyeksi pendapatan negara 131 Billion US Dollar.
Tantangan Berat Industri Hulu Migas di Masa Pandemi
Namun kondisi saat ini indonesia dihadapkan dengan kondisi sulit yakni pandemi covid 19 yang tentu juga berdampak terhadap industri migas. Ini merupakan tantangan berat bagi industri migas.
Di era new normal terutama saat harga minyak turun secara drastis atau anjlok membuat industri migas global semakin berat. Hal ini dipaparkan langsung oleh Bapak Taslim Z Yunus selaku Sekretaris SKK Migas dalam webinar secara live streaming di youtube bertajuk “Webinar LKJ SKK Migas & KKKS 2021”
Anjloknya harga minyak membuat investasi turun sangat tajam dan banyak perusahaan migas besar yang juga mengurangi investasinya seperti Exonmobil sebesar 30%, Shell 20%, Chevron 20%, Bp 25% dan Eni 25%. Sehingga pengurangan investasi ini berdampak besar terhadap eksplorasi dan pengembangan lapangan baru di dunia.
Semua perusahaan besar tersebut lebih cenderung melihat dan ingin bersaing di sektor EBT (Energi Baru Terbarukan) yang ramah lingkungan dan juga kemudahannya.
Selain tantangan berat di masa pandemi ini, industri hulu migas juga memiliki berbagai tantangan dan juga harapan.
Tantangan dan Harapan Industri Migas
Tentu untuk menggaet ketertarikan investor, industri hulu migas memiliki banyak tantangan yang diantaranya adalah:
- Rumitnya perizinan
- Tumpang tindih peraturan pusat dan daerah
- Rezim fiskal
- Ketidaktersediaan data
- Hambatan di daerah operasi
- Kendala akuisisi lahan
- Proses monetisasi migas yang semakin lama
- Ketakutan mengambil keputusan (Kriminalisasi kebijakan)
Sedangkan investor memiliki banyak harapan dan ketertarikan berinvestasi jika indsutri hulu migas memenuhi beberapa kriteria diantaranya adalah:
- Kepastian hukum
- Ketersediaan dan keterbukaan data
- Fleksibilitas sistem fiskal
- Sistem perpajakan bersaing
- Insentif dan penalty yang jelas
Ketertarikan Investor untuk Berinvestasi Migas di Indonesia
Kenapa investor harus tertarik untuk berinvestasi migas? Tentu jawabannya karena indonesia kita ini merupakan negara dengan impor minyak paling besar se asia tenggara. Termasuk terbesar se asia tenggara karena indonesia memiliki tingkat konsumsi migas yang terus meningkat signifikan dari tahun ke tahun. Untuk memaksimalkan minat para investor untuk berinvestasi migas tentunya indonesia harus meningkatkan juga produksi migas dalam negeri.
Tahukah anda, negeri kita ini yaitu Indonesia ternyata menduduki peringkat ke 2 setelah cambodia dalam hal investasi migas yang tentu menjadi daya tarik negara asing. Data ini merupakan versi dari Government Take dimana indonesia dapat mengalahkan Australia, Vietnam, Mozambique, Myanmar, Canada dan USA. Government Take menilai Indonesia ini memiliki sumber daya yang sangat melimpah.
Pentingnya Produksi Migas Bagi Pemerintah Indonesia
Selain bagi investor, dengan meningkatkan produksi migas dalam negeri tentunya juga akan berdampak positif bagi pemerintah indonesia dimana pemerintah indonesia notabene masih selalu mengekspor migas untuk memenuhi kebutuhan di negeri kita sendiri. Hal itu dikarenakan selama 2 dekade indonesia masih belum menemukan cadangan minyak baru.
Sebagai informasi, pemerintah masih mengekspor minyak sebanyak 600 ribu barel per hari. Sedangkan kebutuhan minyak yang harus dipenuhi per harinya yaitu 1,4 juta barel. Oleh sebab itu dibutuhkan ide cerdas dan cemerlang untuk memenuhi kebutuhan minyak tersebut.
SKK Migas Memiliki Solusi Targetkan 1 Juta Barel Tahun 2030
Ide cemerlang tersebut yang juga merupakan solusi datang dari SKK Migas dimana SKK Migas menargetkan 1 Juta Barel di tahun 2030.
SKK Migas memiliki banyak strategi dalam mewujudkan target Upaya 1 Juta BOPD & 12 BSCFD tahun 2030 ini diantaranya menerapkan 5 aspek transformasi yang meliputi:
- Clear vision
- Smart organization
- One door service policy
- Commercialization
- Digitalization
Strategi SKK Migas Untuk Meningkatkan Produksi Migas Nasional
Dan untuk meningkatkan produksi migas nasional sekaligus memenuhi konsumsi migas sehari-hari, SKK Migas memiliki 4 Strategi diantaranya adalah:
- Mempertahankan tingkat produksi eksisting. Strategi tersebut dapat menjaga kehandalan kualitas produksi, memaksimalkan kinerja ulang dan perawatan sumur, serta inovasi teknologi.
- Akselerasi transformasi sumber daya dan menjadi cadangan migas. Strategi ini dapat mengoptimalisasi lapangan serta mempercepat POD yang pending dan juga dapat mengelompokkan sumber daya gas sesuai dengan peluang dan pasar.
- Mempercepat pelaksanaan EOR (Enhanced Oil Recovery). Strategi ini SKK Migas memiliki komitmen kerja pasti (KKP) sebesar 446 Juta US Dollar. Dengan begitu dapat mempercepat proyek EOR yang diantaranya adalah Field Trial EOR yang ada di lapangan Tanjung, Jatibarang dan juga Gemah. Selain itu SKK Migas akan beraliansi dengan pemain EOR kelas bukan kaleng-kaleng atau kelas dunia.
- Mendorong kegiatan eksplorasi yang masif. Strategi ini dinilai karena indonesia sendiri memiliki potensi sumber daya yang besar yakni 80 milyar barel minyak dan 363 triliun kaki kubik gas yang harus dibuktikan. Dengan Komitmen Kerja Pasti (KKP) sebesar 1,2 Milyar US Dollar dan juga komitmen untuk eksplorasi, maka dapat diharapkan untuk mempercepat proses eksekusi komitmen baik di dalam wilayah kerja maupun di wilayah terbuka. Selain itu SKK Migas juga sangat aktif dalam mengkampanyekan atau melakukan roadshow eksplorasi serta membuka data room ke puluhan investor yang sangat potensial untuk menunjukkan berbagai macam area potensial migas di indonesia.
Dari berbagai macam upaya SKK Migas dengan Target Produksi Migas 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di 2030 ini maka saatnya untuk kita semua agar saling bersinergi dan berkolaborasi sesuai peran kita masing – masing. Tentunya mari kita dukung sepenuhnya SKK Migas untuk mencapai Target Produksi Migas 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di 2030 ini.
Satukan Kekuatan Untuk SKK Migas Gapai Target 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di tahun 2030
Dari hulu ke hilir SKK Migas telah mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan atau Stakeholder. Hal ini dibuktikan pada saat Konvensi 2020 International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas yang diselenggarakan di jakarta. Semua stakeholder yang terlibat di acara tersebut mengapresiasi penuh upaya SKK Migas untuk mencapai target produksi 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di tahun 2030.
Dukungan kepada SKK Migas datang dari kementrian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), Kemenkeu (Kementrian Keuangan), Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian, BKF (Badan Kebijakan Fiskal, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) dan Indonesia Petroleum Association (IPA).
Didalam acara yang diselenggarakan tersebut, seluruh menteri seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri ESDM Arifin Tasrif, serta Menteri Keuangan Sri Mulyani telah memberikan support setinggi-tingginya untuk upaya SKK Migas memproduksi 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di tahun 2030 karena SKK Migas memiliki peran yang sangat penting untuk indonesia maju.
Saya sebagai penulis pun optimis SKK migas dapat mencapai target capaian dengan baik dan sempurna. Dengan begitu mari kita dukung dan sukseskan Upaya 1 Juta BOPD & 12 BSCFD di tahun 2030 yang dicanangkan oleh SKK Migas demi Indonesia yang sejahtera. SKK Migas Bangkit, Indonesia Maju.
Sumber Referensi:
- Webinar LKJ SKK Migas & KKKS 2021
- https://www.skkmigas.go.id/berita/menuju-1-juta-barel-awal-kebangkitan-industri-hulu-migas-indonesia